Hari sabtu
tanggal 5 September 2020 kemarin, Mari Blajar mengadakan Bincang Santai Online
bertema “Montessori at Home: Introduce, Filosofi, and Activity” dengan
mengundang Bunda Realita Muslimah yang biasa dipanggil Bunda Lita.
Mari Blajar
juga menghadirkan guest star, yaitu
seorang Ibu muda yang telah mempraktekkan Montessori di rumah bersama
anak-anaknya, diary pembelajaran montessorinya pun bisa dilihat dan dikepoin di
Instagram @Nuzula_04.
Nah, untuk
pengenalan Montessori ini, Bunda Lita menjelaskan bahwa Pendidikan Montessori
berawal dari seorang Dokter bernama Maria Montessori yang di undang untuk
membuat pusat pengasuhan anak di San Lorenzo, kawasan miskin dan orang dalam
distrik kota Roma. Maria Montessori bekerja dengan anak-anak yang paling tidak
beruntung dan tidak bersekolah.
Dr. Montessori
bertekad membuat pusat pengasuhan anak tersebut sebagai tempat yang berkualitas
bagi anak-anak di sana dan dia berhasil.
Anak-anak yang sebelumnya tidak bisa diatur, mereka kemudian menunjukkan
minat yang besar dalam mengerjakan teka-teki, belajar menyiapkan makanan dan
lingkungan mereka, dan terlibat dalam pengalaman belajar langsung.
Montessori
mengamati bahwa tidak lama kemudian anak-anak menunjukkan perilaku yang tenang
dan damai, periode konsentrasi yang dalam, dan rasa keteraturan dalam merawat
lingkungan mereka. Dia melihat bahwa anak-anak menyerap pengetahuan dari
lingkungan mereka, yang pada dasarnya mengajar diri mereka sendiri.
Dari pengamatan ilmiah dan pengalaman yang diperoleh dari
pekerjaan tersebut, Dr. Montessori merancang bahan pembelajaran yang unik untuk
anak, yang berkembang dengan nama Montessori hingga hari ini, dan menciptakan
lingkungan kelas yang menumbuhkan keinginan alami anak-anak untuk belajar.
Pendidikan Montessori dikenal dengan 5 areanya:
1.
Exercise of Practical Life
Area di mana anak di didik untuk
mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (contoh:
membuka berbagai macam kancing, menuang air, menyemir sepatu, dll).
2.
Cultural
Dalam area budaya selain
mengenalkan berbagai budaya dunia juga mengenalkan kearifan lokal dan budaya
keluarga.
3.
Sensorial
Area yang ditujukan untuk membantu
mengoptimalkan panca indera anak (contoh: mengenal warna, meraba kasar dan
lembut, mencicipi manis-asam-asin, mencium wangi buah-buahan, dll).
4.
Language
Kegiatan untuk mengasah bahasa
berawal dari belajar pengucapan/bunyi, kemudian kata, frase dan kalimat. Cara
termudah adalah dengan mengenalkan anak pada berbagai benda di sekitar dan
berbagai ungkapan keseharian. Selain itu bisa dengan membacakan buku, puisi,
dan saling bercerita serta menyanyi. Kemampuan lain yang akan dicapai dari area
ini adalah anak memiliki kemampuan menulis dan membaca.
5.
Math
Mengajarkan konsep matematika pada
awal adalah melalui kegiatan yang mengasah indra untuk memahami konsep ukuran,
pola dan urutan. Hal sederhana misal menuang kendi ke dalam beberapa gelas,
membagi kertas besar ke dalam beberapa bagian yang sama, mengiris kue ke dalam
beberapa bagian, membuat kue dengan membuat ukuran adonan dll.
Dalam pendidikan Montessori dikenal apa yang disebut periode
sensitif, dalam periode ini dipercayai bahwa anak-anak mudah menerima
stimulasi-stimulasi tertentu.
Pengenalan mengenai periode-periode ini
akan membantu orangtua untuk membantu anak memahami dan menguasai
lingkungannya. Selain itu, orangtua dapat memberikan stimulus yang tepat kepada
anak pada waktu yang tepat dengan cara mengamati apa yang terjadi pada anak.
Berikut ini adalah periode sensitif anak sejak dilahirkan sampai mereka berumur
6 tahun.
1.
Sensitif pada Keteraturan
Masa sensitif untuk anak memahai
aktivitas yang teratur dan berpola dimulai dari kelahiran, mencapai puncak pada
18 bulan sampai 2,5 tahun dan berlanjut sampai usia lima tahun. Hal ini
ditandai dengan keinginan anak yang konsisten dan berulang terhadap suatu hal.
Anak sudah memiliki ketertarikan yang penuh gairah untuk rutinitas yang mapan
dan tidak ingin terganggu oleh hal lain diluar minatnya. Maka dari itu
lingkungan harus siapkan dengan hati-hati dengan peraturan dasar yang telah
ditetapkan. Anak juga mulai dilibatkan dalam peraturan umum yang berlaku di
lingkungan sekitar mereka agar anak mulai membentuk tatanan internal dalam dirinya.
Dalam periode ini kita akan menemui anak mengamuk hanya karena kegiatan tidak
teratur. Anak bersikeras dalam rutinitas yang sama dan biasanya kita tidak peka
untuk mengalokasikan waktu yang cukup untuk mendampingi dan mengapresiasi
mereka. Jadi hal yang penting disadari untuk orang tua adalah memenuhi
kebutuhan anak dengan baik pada periode sensitifnya.
2.
Sensitif pada
Bahasa
Masa sensitif untuk bahasa adalah
dari 7 bulan di dalam rahim sampai usia 5,5 sampai 6 tahun. Ada beberapa aspek
bahasa dari bahasa lisan, bahasa dan bacaan tertulis. Ini merupakan bagian
integral dari kehidupan seorang anak agar bisa menggunakan kata-kata atau
bahasa agar bisa berkomunikasi. Perkembangan ini dimulai dari mengoceh – satu
kata ke frasa menjadi dua atau tiga kata mejadi kalimat, dengan kosakata
dan pemahaman yang terus berkembang. Periode sensitif untuk belajar berbicara
berasal dari usia 7 bulan sampai 2,5-3 tahun. Pengaruh pralahir terhadap
perkembangan bahasa sangat penting. Pada usia tiga tahun anak secara ideal berbicara
kalimat 2-3 kata. Kita perlu menyiapkan lingkungan dengan bahasa yang jelas,
membacakan sesuatu kepada mereka dan membiarkan mereka untuk mennyampaikan
kebutuhan mereka. Periode sensitif untuk belajar menulis adalah dari 3,5 sampai
4,5 tahun. Hal ini ditunjang dengan persiapan anak menggunakan alfabet.
3.
Sensitif pada
Gerakan
Periode sensitif gerakan dapat dibagi menjadi beberapa
klasifikasi. Untuk akuisisi motorik kasar dan halus (berjalan dan penggunaan
tangan) adalah dari usia 0-2,5 tahun. Lingkungan yang kita siapkan untuk ini
adalah kesempatan bagi anak untuk merangkak, menarik, mendorong untuk berjalan
dengan atau tanpa bantuan dan tidak hanya dibiarkan duduk sendiri. Seorang anak
juga diberi mainan / bahan yang memungkinkan tangan mereka untuk menarik,
menyentuh, memutar, memasukkan dan menangkap barang-barang kecil sesuai
kemampuan mereka. Kita harus memberi mereka mainan atau bahan yang mengasah
gerakan tangan, dan memperbaiki koordinasi mata / tangan. Kesempatan yang
diberikan kepada mereka perlu diulang agar keterampilan ini maksimal.
Pemantapan koordinasi gerakan adalah dari usia 2,5 sampai 4,5
tahun. Ini adalah saat anak mungkin mulai menggunakan kedua tangan dalam
koordinasi gerakan halus, mampu menahan barang-barang kecil dengan penjepit dan
melepaskan secara bertahap. Kemampuan motorik kasar yang dikuasai antara lain
berkoordinasi berjalan, berlari, menyeimbangkan sambil membawa kendi air dan
melompat. Anak memperoleh koordinasi ini melalui pengulangan aktivitas motor
yang terarah. Kunjungan rutin ke taman atau lingkungan di luar ruangan
cenderung membantu periode sensitif ini.
4.
Sensitif dalam Penguatan
Indra
Periode sensitif untuk penyempurnaan indra
ditandai dengan ketertarikan anak dengan pengalaman sensoris (rasa, bau, suara,
berat dan sentuhan) mengakibatkan anak belajar mengamati dan membuat
diskriminasi sensori semakin halus. Tidak ada yang terekam di pikiran yang
tidak berawal dari indera. Kita membiarkan anak mencium aroma makanan yang
beragam, seperti buah-buahan, bahan makanan, dll.
5.
Sensitif pada objek kecil
Pada periode ini anak-anak sangat tertarik
dengan benda dan detail yang kecil-kecil.
6.
Sensitif terhadap adab dan sopan santun
Anak-anak peka terhadap adab dan sopan santun.
Nah demikianlah,
pembahasan tentang Montessori at home, semoga
bisa menginspirasi teman-teman…