Pulang

Kehilangan jiwa seseorang adalah hal terberat dalam hidup ini, kematian memisahkan kita dari keluarga dan handai taulan dalam kehidupan ini selama-lamanya. Hari itu, salah satu anggota keluarga kami telah berpulang.


doc: ebbikochan.wordpress.com
Akang, begitulah aku memanggilnya sebagaimana aku telah diperkenalkan panggilan itu sejak kehidupanku bermula oleh kedua orangtuaku tentunya. Adalah satu-satunya saudara yang aku punya setelah Emak gagal mendapatkan anaknya yang ketiga.

Masih hangat sekali rasanya hari-hari terakhir aku melihatnya di ruang ICU, sudah menjadi orang yang berbeda, bahkan sempat tak mengenaliku sebagai adiknya, bagaimana tak runtuh rasanya mendengar satu-satunya kakak yang kupunya sudah hilang ingatannya bahkan hanya untuk mengenali. Air mata tanpa permisi mengalir dengan derasnya, sehingga tak sanggup untuk menatapnya, aku ingat...  suster bilang jangan menangis didepannya, khawatir mempengaruhi psikologisnya, olehkarenanya aku berbalik membelakanginya.


Ya Allah, pria yang dulu berperawakan tinggi dan rupawan ini terbaring tak berdaya, kulitnya yang dulu putih kini menghitam akibat penyakit gagal ginjal yang dideritanya selama lima tahun belakangan, begitu pula perawakan badannya yang tak kalah habisnya, rambutnya yang rontok, sungguh tak tega rasanya, ditambah lagi saat terbaring di ICU ini pembicaraannya sudah meracau, bahkan dihadapkan dengan anaknya saja ia tak mampu mengenali namun masih sambil menyisakan tawa, "kedeung, mikir heula" (bentar, mikir dulu), sambil ia memegang kepalanya.


Hari-hari terakhir menjelang koma, berlangsung antara sedih dan lucu, rasa sedih yang muncul saat melihat kesehatannya yang menurun secara drastis, kaki yang semakin mengecil dan tentu tak kuat berjalan, memorinya yang tak sepenuhnya dapat mengingat bahkan anggota keluarganya sendiri. Akan tetapi ia juga memancarkan kelucuan karena racauannya menyimpan humor yang menghibur kami-kami yang disekitarnya, bahkan memancarkan keromantisan tutur kata terhadap istrinya, kebahagiaan tersendiri juga saat mendengarnya begitu fasih mengucapkan kalimat thoyibah yang ia sematkan di setiap kalimat yang ia ucapkan, yang aku tahu, itu tak seperti dirinya, seakan orang lain yang berada didalamnya. 


"ini siapa?" kata ceu icih menunjuk dirinya sendiri, bermaksud hendak menguji ingatan suaminya, "Cicih" jawab akang dengan mantap, "cicih siapa?" tanya ceu icih... "suaminya nu kasep"... kata akang "siapa nu kasep?"... "nasa atmawijaya" katanya.
Bagi Bapak, melihat akang meracau mengingatkannya kepada akang di masa kecil dahulu, saat akang di masa kecil pernah memanggil dirinya sendiri nu kasep, karena menangkis ledekan orang terhadap dirinya .

Sedih juga rasanya membayangkan dirinya di ruang ICU, tanpa diperbolehkan ditemani siapapun didalam waktu yang terasa panjang, untung saja harus diganti cairan CAPD oleh Ceu Icih  sehingga bisa masuk rauangannya setiap 4 jam sekali


Keesokkannya, di hari kamis, aku sedang di rumah emak, karena berpikir mau merapihkan rumah serta kasihan dengan anak-anak jika beristirahat di ruang tunggu rumah sakit, ceu icih menelpon agar kami yang berada di rumah bersegera ke rumahsakit karena akang sudah diam sama sekali.


flashback...

Baaappppaaaakkkk.... Baaaappppaaaakkkk..., aku berteriak sekencang-kencangnya... di ujung kebon samping rumah kediaman kami... berharap bapak mendengarnya di tengah sawah sana, bagiku yang saat itu berusia di bawah lima  tahun, dunia ini seperti tidak ada siapa-siapa saat bapak tidak tampak dihadapanku, padahal emak hadir disisiku, sedang beraktivitas di dapur, mengipasi nasi atau yang dinamakan ngakeul, maka wajarlah jika ada peribahasa yang mengatakan bahwa ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Lalu, saat Bapak pulang dan kami makan bersama-sama, kudengar Bapak bercerita kepada emak kalau dia mendengar anak perempuannya memanggil-manggilnya dan suaraku terdengar sampai ditengah sawah sana, padahal aku hanya berspekulasi mengenai keberadaan Bapak.

Kini, aku mengulangnya kembali, peristiwa yang sudah bertahun-tahun silam tak ku lakoni lagi yaitu berteriak memanggil Bapak di ujung sawah sana, aku berlari meninggalkan rumah menjemput bapak di sawah sambil menahan sesaknya dada dari tangis yang membuncah, "Bappppaaaakkkkkk"... "Baaappppaaakkkk"... aku berteriak-teriak berharap Bapak mendengarnya, karena aku tidak tahu Bapak berada dimana, sejauh mata memandang tak kulihat Bapak, lagi-lagi aku hanya berspekulasi saja bahwa manusia di ujung sana yang terlihat kecil dan memakai topi caping itu Bapak, maka aku memutuskan berjalan ke arah sana saja, dan sosok itu tiba-tiba berlari sambil melemparkan apa yang digenggamannya...

Kondisi Akang memburuk, tidak sadarkan diri, sudah diam sama sekali tanpa bergeming, dan hanya ada suara monitor ruang ICU,  nit.. nit.. nit.. begitulah suaranya, monitor itu menampilkan gambaran detak jantung dengan pola zig-zag yang sebenarnya tidak aku mengerti bagaimana mengartikannya... namun aku tahu dari pola-pola itu tanda-tanda kehidupan seseorang digambarkan, sedikit waktuku aku sempatkan untuk mengaji disampingnya sambil berharap ia tersadar kembali "kang bangun" ujarku sambil sedikit menggoyang-goyangkan pundaknya, matanya tidak sepenuhnya tertutup, pola-pola zig-zag di monitor itu naik turun sambil membunyikan nada naik turun yang membuatku terkaget-kaget, seakan nadanya satu oktaf lebih tinggi mendengar bacaan Al-Qur'an yang diperdengarkan, namun bagiku, akang seperti sedang berpura-pura tidur sehingga aku tak bosan-bosannya berhenti sejenak dari bacaanku terutama saat s moitor itu memperdengarkan nada satu oktaf lebih tinggi, seakan-akan ada harapan kehidupan didalamya, aku kembali menggoyangkan sedikit pundaknya sambil mengulangi kata-kataku "kang hudang".


Di sela-sela kondisi itu, aku dan keluarga amat bersyukur karena mendapati kemudahan serta kebaikan yang diberikan oleh kawan-kawan dokter dan perawat penjaga ICU, ceu Icih diperbolehkan standby disampingnya bahkan selama 24 jam, sesuatu yang amat mustahil dilakukan di ICU dimanapun, bahkan Nia diperbolehkan juga untuk mengaji disampingnya, mengiringi masa-masa diangkatnya ruh dari tubuhnya. Kemustahilan itu menjadi decak penasaran penunggu pasien yang lain, sehingga berkata "siapa sih yang meninggal, kok sampai semua perawat memenuhi ruang ICU?", atau saat aku mengaji di sebelah akang, sementara ceu icih ada disebelahnya sambil mentalqin, perawat masuk ke ruangan kami, kupikir aku akan di usir karena hanya boleh satu saja yang menjaga, tapi si perawat hanya masuk dan menutup tirai, agar orang lain tidak melihat dan merasa iri kepada kami, dan ini berlangsung selama dua kali, walaupun di hari sebelumnya kami tetap harus disiplin tidak bisa masuk sembarangan seperti dua terakhir.


Maka di hari itu, tepat di pukul 3 sore di hari jumat di as'adil ayyam, Ia berpulang kepemilik-Nya, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun....“Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada Allah jualah kami kembali.”


Allahummaghfir lahu, warhamhu, wa ‘aafihi wa’ fu’anhu, wa akrim nuzulahu, wawassi’ madkhalahu, waghsilhu bilmaa i, wattlji walbardi wanaqqihi minalkhaayaa kamaa yunaqqattubul abyadhu minaddanasi wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wazaujihi wa adkhilhuljannata wa a’idzhu min ‘adzaabilqabri wa fitnatihi wa min ‘adzaabin naar. Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa wa syaahidinaa wa ghaaibinaa wa shaghiiranaa wa kabiiranaa wa dzakarinaa wa untsaanaa. Allahumma man ahyay tahu min naa fa ahyihi ‘alal islaami wa man tawaffay tahu min naa fatawaffahu ‘alal iimaan. Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa tudhillanaa ba’dahu birahmatikayaa ar hamar raahimiin. Walhamdulilllahi rabbil ‘aalamien.


Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, lindungilah dia dan maafkanlah dia, Dan muliakanlah tempat tinggalnya sekarang ini, dan lapangkanlah kuburnya. Bersihkanlah dia  dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia  dari segala kesalahan sebagaimana Engkau telah membersihkan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya didunia dengan rumah yang lebih baik daripada yang dia tinggalkan, dan gantilah keluarganya didunia (yang ditinggalkan) dengan keluarga yang lebih baik (diakhirat). yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, dan istri yang lebih baik dari yang ditinggalkan. Masukkanlah dia  ke dalam surga, dan lindungilah dia  dari siksa kubur serta fitnahnya, dan dari azab api neraka. Ya Allah berikanlah ampunan bagi kami yang masih hidup dan yang telah meninggal dunia, dan bagi kami yang hadir, dan bagi kami yang ghoib, dan kami yang masih kecil (anak-anak), dan kami yang dewasa, dan bagi kami laki-laki dan bagi perempuan. Ya Allah, siapapun yang hidup diantara kami, maka hidupkanlah dalam Islam, dan siapapun yang Engkau matikan diantara kami, maka matikanlah kami dalam Iman. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami atas pahala beramal kepadanya dan janganlah Engkau menyesatkan kami sepeninggal dia dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang Maha pengasih penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.




Oh ya Allah sebagaimana Engkau telah gambarkan akhir kehidupannya dengan kebaikan, aku percaya bahwa di alam kuburnya Engkau telah mengaruniakannya kebaikan juga. |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar