Tidung, Wisata Murah nan Eksotis


2015 yang lalu, kami berkesempatan untuk bertamasya ke Pulau Tidung berbekalkan sebuah no kontak yang kami cari dari internet yang direkomendasikan oleh salah seorang teman. Maka beberapa hari setelah lebaran 2015, tibalah saatnya kami mempersiapkan diri kami untuk keberangkatan ke pelabuhan Muara Angke, kami harus sampai di sana pukul 7 pagi.

Hiruk-pikuk jalanan Muara Angke pagi itu menebarkan aroma busuk aneka binatang laut, panorama yang terlihat adalah pasar dan jalanan yang becek dan lalat-lalat yang mengerumuni jemuran ikan asin, kukira itulah yang akan ditemui setiap hari di sini, aroma yang tidak sedap yang disertai juga pemandangan tak sedap.

Namun itulah jalan satu-satunya menuju ke Pulau Tidung, kecuali kalau kita mau merogoh kocek agak lebih dalam untuk menikmati fasilitas yang lebih baik dan panorama yang lebih baik, kita bisa melalui pelabuhan Marina. Kamu cukup membayar Rp.500.000 untuk kapal pulang-pergi dari Marina ke Pulau Tidung plus penginapan dan konsumsi selama dua hari satu malam di pulau, tapi jangan bayangkan penginapan bergaya villa yah... karena di sini semua penginapan ala-ala homestay, yang cukup untuk tempat istirahat selama kita di sana.

Kita cukup membayar Rp.350.000 saja jika memilih perjalanan via pelabuhan Muara Angke, biaya sejumalah itu include banana boat dan snorkling, keren kan... dengan paket minimal 15 orang ya guys.

Selama 2-3 jam kita akan di ombang-ambing dengan kapal kayu besar yang kira-kira muatannya mencapai 100 orang, di sini tersedia pelampung, tapi kebanyakan penumpang kurang memiliki kesadaran untuk keamanan sehingga keluarga kami norak sendiri sok-sok an pakai pelampung, padahal kita tidak pernah tahu apa yang akan menimpa kita di perjalananan, seperti kapal Zahro Express misalnya yang terbakar pada tanggal 1 Januri 2017. Walaupun naudzubillah kita tidak menginginkan itu terjadi kepada siapapun...




Sesampainya di pelabuhan Pulau Tidung kami langsung di jemput oleh guide kami, rupanya beliau adalah pak Rt di sini, diantarkannya kami ke penginapan miliknya, sementara rumahnya berada di belakang penginapan kami, istrinya bertugas menyiapkan konsumsi makan siang untuk kami, ada ikan goreng dan juga sayur asem, tapi sayur asemnya cuma terdiri dari kacang panjang dan sayur labu serta melinjo saja, sepertinya di sini agak kesulitan untuk mendapatkan sayuran.

suasana di dalam penginapan

Air kamar mandi di sini juga rasanya sangat asin, kebayang kalau lagi sikat gigi dan wudhu harus menahan rasa asin semu pahit di lidah.

Di depan penginapan, si abang guide sudah menyiapkan beberapa sepeda sebagai fasilitas kami mondar-mandir selama di sini, tapi kalau tidak mau mengayuh sepeda, tersedia juga banyak bentor (becak motor, belakangnya motor depannya becak), satu bentor bisa mengangkut tiga orang dewasa, dengan perhitungan dua di depan dan satu di bonceng di belakang dengan membayar Rp.10.000 saja.

naik sepeda yang disediakan pemilik penginapan

parkir sepeda

Agenda  yang pertama kali dilakukan setelah istirahat dan makan siang adalah snorkling, kita berkendara dengan menggunakan sepeda menuju perahu boat yang akan membawa kita ke spot snorkling.

tempat perahu boat bersandar

suasana di dalam perahu boat menuju spot snorkling

perahu boat bagian depan



Asli... pemandangan lautnya indah banget...

snorkling
snorkling

snorkling

Selain snorkling, kita juga bisa menyusuri pulau Tidung dengan menyebrangi jembatan cinta, cukup jauh sih... maklumlah karena jembatan ini mampu menghubungkan pulau Tidung Besar dan pulau Tidung kecil. 

jembatan cinta


jembatan cinta

Di pulau Tidung kecil anak-anak bisa bermain pasir di pantainya...
pulau Tidung kecil

kegiatan yang digemari anak-anak
Ada spot lain yang tidak kalah menariknya, yaitu pantai cemara... lagi-lagi anak-anak tergoda bermain pasir di sana, padahal sudah harus bersiap-siap pulang.

suasana pantai cemara
pantai cemara

Sementara anak-anak bermain pasir, saya dipandu untuk menjelajah sedikit hingga ke ujung pulau... 

ujung pulau

Jalan-jalan di pulau Tidung, meninggalkan kesan yang mendalam, walaupun murah tapi memuaskan. Kami menaiki kapal kayu besar itu lagi menuju Jakarta, di ombang-ambing ombak besar lagi, dzikrul maut  lagi di sepanjang perjalanan.

Nampak juga si bule-bule backpackeran menaiki kapal yang sama dengan kami.

 Bye... bye pulau Tidung...

|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar