MENJADI IBU ADALAH PEMBELAJARAN TANPA HENTI



Peran ibu dalam kehidupan seorang anak tentulah sangat besar dan bisa dikatakan juga sebagai peran yang utama dan paling penting dalam pertumbuhan fisik dan jiwa seorang anak, di rahim ibu lah sang juara itu dikandung selama sembilan bulan, kenapa dikatakan sang juara, karena sel kecil itu telah mengalahkan jutaan pesaing yang berlomba-lomba menerobos janin ibunya, kemudian dilahirkan, disusui, dirawat serta dididik, begitu besar peran ini sehingga lembaga pendidikan memakai istilah “almamater” (ibu asuh atau ibu yang memberikan ilmu) yang berasal dari kata scola materna (pengasuhan ibu sampai usia tertentu).

Setiap jiwa yang dilahirkan seorang ibu ke dunia adalah pemimpin, setiap jiwa ini dilahirkan dengan tipe kecerdasan yang berbeda-beda, zaman dulu saat kita masih kecil, mungkin masih lumrah orang dikategorikan pintar dan bodoh dengan melihat prestasi akademik dengan simbol rengking, walaupun sekarang masih banyak juga orang tua yang menjadikan rengking sebagai tolak ukur kecerdasan anak. Betapa beruntungnya kita karena dewasa ini telah banyak sekali penemuan yang memudahkan kehidupan kita dengan telah ditemukannya alat-alat elektronik yang bisa membantu kegiatan kita sehari-hari, dalam dunia pendidikan dan pengasuhan telah ditemukan  teori multiple intelegencies, hal ini tentu saja  menjadi titik cerah bagi kebahagiaan anak-anak dan orang tua yang mempunyai tipe kecerdasan seperti saya, yang tak melejit secara akademis. Tentunya sudah tak lazim lagi memandang bahwa ada anak bodoh dan anak pintar, karena setiap anak dilahirkan sebagai mahakarya Tuhann-Nya.

Pada ranah kepribadian, para ahli membaginya menjadi tak lebih dari empat tipe dasar kepribadian, yaitu sanguin, korelis, melankolis dan plegmatis. Sanguin dijuluki si populer, karena pandai, persuasif dan ingin terkenal. Korelis, dijuluki si kuat, karena sering dominan dan kompetitif. Melankolis, dijuluki si sempurna, karena ferfeksionis dan serba teratur. Plegmatis, dijuluki si cinta damai, karena kesetiannya dan menghindari konflik.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak, tentu saja menjadi ibu adalah sesuatu yang luar biasa, walaupun ketiga anak saya lahir dari orang tua yang sama, namun mereka mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, anak pertama misalnya, kehadirannya di dunia ini menghebohkan, bagaimana tidak, di rumah sakit tempatnya lahir ia adalah bayi dengan suara tangis paling nyaring dan melengking, begitu pun saat di bawa pulang ke rumah, kalau minta mimi susu anak ini menangis sejadi-jadinya sampai tetanggga berdatangan, heboh kan, belum lagi aksinya saat dia sudah mulai berbicara dan berjalan. Pada satu sisi saya sangat bangga akan kemandirin serta kedewasaannya di usianya yang masih kecil, namun saya juga harus terus belajar untuk menaklukkan kepribadiannya, emosinya meledak-ledak pada kondisi-kondisi tertentu dan hal ini sudah terlihat dari saat dia masih  bayi dengan tangisannya yang melengking-lengking itu. 

Berbagai hal saya lakukan, mulai dari diet susu sampai belajar ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pengasuhan dan hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi saya, belakangan hari saya ketahui bahwa anak ini mempunyai tipe kepribadian korelis yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi, lebih suka mengatur dari pada diatur. Jadi sampai saat ini saya masih belajar bagaimana caranya menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya, belajar bisa dari mana saja, bisa lewat pengalaman orang, mendengarkan saran ahli, membaca, bahkan bisa belajar lewat kepolosan dan keriangan mereka. Tentu amanah ini harus dijaga betul-betul, amanah Tuhan ini adalah para pemimpin masa depan bumi dan alam semesta, jangan sampai ketidaksabaran kita membunuh karakter dan mematikan potensinya, karena itulah tujuan mahakarya Tuhan di muka bumi ini, para pemimpin dengan keunikkan potensi masing-masing.

So... menjadi ibu bukan berarti berhenti belajar, jika kita menginginkan anak-anak yang sukses yang dapat menjadi pemimpin yang amanah bagi dirinya, keluarganya serta seluas-luasnya umat, tak ada kata terlambat, mari terus belajar dan bersemangat, read a book, ask the expert, and follow parenting training, belajar bisa dari mana saja kan.
| Tidak ada komentar