Eksperimen brownis

Aih asyiknya masak-masak...
anak-anak di keluarga kami paling suka aktivitas dapur
kalo udah melakukan eksperimen berasa jadi koki terkenal


Kali ini eksperimennya adalah brownies millo. Next time kita share ya... resepnya, sederhana dan ngga pake ribet.
| Tidak ada komentar

Review : Aisyah Ibunda Kaum Mukmin by Kamran Pasha


Saya dilanda perasaan yang berkecamuk setelah menuntaskan bacaan ini, Aisyah adalah sosok wanita yang saya kagumi dan saya idamkan sebagai idola saya, salah satu alasannya mungkin karena beliau digambarkan sebagai seorang wanita yang mempunyai rasa cemburu yang besar, sama halnya seperti saya dan mungkin dengan milyaran wanita yang pernah hidup di dunia. Di antara para istri nabi yang lainnya beliaulah yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai sosok yang cerdas dan tajam ingatannya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya hadits-hadits yang ia sampaikan yang berasal dari keseharian Rasulullah SAW.

Imajinasi saya dipenuhi dengan episode-episode kehidupan  pada zaman ketika Islam muncul dan kemudian berkembang dengan pesat dari sebuah komunitas yang tersingkir dari kota Makkah sampai akhirnya komunitas kecil itu berkembang menjadi sebuah bangsa yang meyatukan suku-suku yang bercerai berai dan berhasil membangun sebuah imperium.

Entah kenapa bayangan-bayangan tentang episode itu terus memenuhi benak saya, dan membuat saya merindukan tanah nabi nun jauh di sana. Namun, dalam salah satu ruang dalam batin saya pun berkecamuk akan kesahihan apa yang diutarakan Kamran Pasha dalam buku ini karena walau bagaimanapun buku ini hanyalah sebuah novel, dan segi positifnya novel membuat kita dapat dengan mudah memahami alur cerita dalam sejarah yang terpapar begitu rumit dalam buku-buku sejarah. Akan tetapi novel menjadikan orang-orang suci dan mulia dalam buku ini dapat terlihat sangat biasa, lemah dan acapkali berbuat salah, dan itu menjadi sisi negatif sebuah novel yang mengupas kehidupan seorang yang dimuliakan. Kamran Pasha mengajak kita untuk mencoba merasakan apa yang yang beliau rasakan, dan melihat dunia pada masa itu dari sudut pandang Ibunda Kaum Mukmin ini.
| Tidak ada komentar

Kisah Pemboikotan di Rumah Kami

Inilah kisah pemboikotan di rumah kami...

Setiap ada postingan yang saya pikir penting untuk kehidupan kami ataupun penting untuk keberlangsungan kehidupan orang lain, saya selalu mensosialisasikannya kepada anak-anak sebagai tambahan cerita sebelum tidur, dan mereka selalu antusias dalam menyimak apa yang saya sampaikan. Efek baiknya itu menjadi motivasi buat mereka untuk selalu melakukan kebaikan berdasarkan informasi tersebut dan lebih jauh dari itu mereka menjadi reminder saya, jika saya melakukan kekhilafan, dan saya seringkali teramat malu untuk hal itu.

Pada kasus tentang postingan "Jangan berlama-lama di kamar mandi" yang selama ini tersebar lewat WA atau BBM misalnya, saya langsung menceritakan ini kepada anak-anak karena saya tahu kebiasaan anak pertama saya suka berlama-lama berada di kamar mandi, dan keesokkan harinya dia langsung laporan kalau mandinya sudah jauh lebih cepat dari biasanya, sedangkan anak saya yang kedua  langsung punya ide untuk menulis doa keluar kamar mandi di tembok masuk kamar mandi biar dia selalu ingat katanya, terutama jika di malam hari.

Lalu postingan tentang ajakan memboikot  produk Israel dan Amerika misalnya, saya juga mensosialisasikan kepada anak-anak dan memperlihatkan kepada mereka logo-logo dari merk tersebut. Dalam praktek sehari-hari pun mereka berusaha menghindari produk-produk tersebut sebisa mungkin, walaupun itu adalah makanan atau snack kesukaan mereka dan malah jika masih ada satu diantara produk tersebut masih bertengger di rumah, mereka akan langsung bertanya, "kok Bunda pake ini sih, ini kan punya Amerika!"

Upsi... "iya kak... ini belum habis, sudah lama belinya, sebelum ada pemboikotan, nanti kalau sudah habis, Bunda ngga beli lagi".

Atau tentang "Isu Penyambutan Dajjal" saya menceritakan kepada mereka tentang Dajjal, dan  memperlihatkan kepada mereka video pendek tentang penyambutan dunia dengan membuat symbol-symbol Dajjal di berbagai macam tempat, bangunan, tata letak kota, patung, lukisan, logo stasiun tv, logo acara tv, kartun, dan bahkan sajadah. Walhasil mereka menjadi familliar dengan istilah-istilah seperti freemasonry dan piramida bermata satu, dan lebih dari itu mereka pun awas/pandai/cermat jika melihat segala sesuatu yang disisipkan symbol Dajjal. Jika mereka melihat symbol tersebut dalam motif batik, sajadah atau tayangan tv, maka mereka pun langsung melaporkannya kepada saya.

Ini sebetulnya bukan hanya kisah pemboikotan produk-produk Amerika dan Israel, tapi bagaimana saya ingin menjaga ikatan kedekatan dengan anak-anak sampai waktu yang tak terhingga dan membentengi mereka dengan nilai-nilai keimanan yang mereka fahami dengan memanfaatkan quality time. Sekali mendayung dua pulau terlampaui, begitu kata peribahasa kita, dengan pemanfaatan quality time bersama anak, kita dapat memupuk ikatan batin dengan anak sekaligus menyampaikan informasi penting untuk mereka.


Dalam buku Propetic Parenthing atau Bagaimana Cara Nabi Mendidik anak disampaikan bahwa Rasulullah SAW memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak.

Ada tiga waktu mendasar yang bisa digunakan dalam memberi pengarahan kepada anak.


1. Dalam perjalanan
Riwayat al-Hakim dalam kitab Mustadraknya, menegaskan bahwa perjalanan itu dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan  dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma:

Nabi Shallallahu alayhi wasaalam diberi hadiah seekor bighal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku dibelakangnya. Kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, "Hai anak kecil."
2. Sedang sakit
3. Saat makan

Itulah waktu-waktu yang dipergunakan RAsulullah dalam memberikan pengaruh terhadap pikiran anak, namun kita juga boleh memanfaatkan jika ada saat-saat lain yang terbilang kondusif.

Maka mulailah dari saat ini, jangan tunggu figur-figur lain lebih berpengaruh terhadap anak-anak kita dibandingkan kita sendiri sebagai orang-tuanya.




| Tidak ada komentar

Memancing Ikan


Pancar pulang dari kolam ikan
Dia membawa ikan dan lap sambil tersenyum senang
Lapnya untuk mengelap ikan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Diceritakan oleh Kaori kepada gurunya di PAUD MAHESA saat berumur 5 menjelang 6 tahun, sepertinya menjadi "gambar terbaik yang bercerita" saat itu sehingga bu guru sempat bilang mau memfiguranya agar menjadi contoh bagi para orang tua lainnya.

Apa yang digambar dan diceritakan Kaori mungkin terilhami dari hobby buyanya memancing, beberapa kali Kaori pernah ikut memancing, serta melepaskan ikan dengan menggunakan lap. Fungsi lap adalah agar tidak licin saat memegang ikan. 

Kalo yang ini digambar di rumah, naik perahunya sepertinya terinspirasi saat pulang kampung ke Palembang, dan saat itu Buya memang bawa pancing, walaupun akhirnya mengurungkan niatnya untuk memancing karena tidak diperbolehkan petugas.


| Tidak ada komentar

Alexa Peri dan awan


oleh Kaori (7 thn)
| Tidak ada komentar

Bermain di taman

Anak-anak bermain di taman
Di sana ada dua buah perosotan
Ada dua buah ayunan
ada juga pohon apel yang sedang berbuah
ilustrasi oleh Pancar (5 th)

| Tidak ada komentar

Cinta

(Ditulis oleh Kaori saat berusia 5 tahun)

Aku cinta pada ibu
Artinya aku cinta pada bunda
Selama-lamanya aku cinta
Aku cinta keluargaku

Selama-lamanya aku cinta
| Tidak ada komentar