chesee cake lumer

Nyobain mixer baru...
jadi deh chesee cake lumer...
tapi modalnya ngga nahan bo...
beli bahannya ajah dah abis Rp.120.000

| Tidak ada komentar

Pesona Baduy

Hari ini aku mau ngomongin tentang sebuah tempat nun jauh di sana, yang bernama Baduy. Kebetulan habis buka-buka album lama, dan ternyata ada foto pas waktu di Baduy bersama teman-teman KKN dulu waktu tahun 2006 kalau tidak salah ingat.


Ini foto waktu di Baduy Dalam, perjalanan jalan kaki dari kampung cicakal atau yang biasa disebut Baduy Luar memakan waktu sekitar enam jam, menyusuri jalan setapak kecil di dalam hutan, menyebrangi jembatan-jembatan bambu mahakarya suku Badui.




Aih... perjalanan setengah hari menuju Baduy Dalam ini begitu melelahkan, bolehlah sekali-kali kita bernyanyi "mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah" seperti lagu pembuka kartun Ninja Hatori. Seperti inilah lembah-lembah dan bukit yang akan kita lalui di pedalaman Baduy.




Kita juga akan menemukan deretan lumbung padi atau disebut Leuit tempat warga setempat menyimpan hasil panen ngahuma mereka.


Temen-temen pada familiar dengan istilah ngahuma ngga ya... Ngahuma (berladang) itu adalah suatu sistem/pola pertanian yang mengubah hutan alam menjadi hutan garapan, dengan tujuan menghasilkan kebutuhan pangan yang direncanakan. Proses itu berlangsung secara perputaran (siklus). Dari segi sejarah munculnya sistem/pola pertanian, ngahuma merupakan suatu tahapan dalam evolusi budaya manusia dari budaya berburu dan meramu ke budaya bercocok tanam. Kayak gini nih bentuknya...



Berbicara tentang Baduy, tak lengkap rasanya bila kita tidak menyebut tokoh yang satu ini, namanya Ai Dewi, panggilan akrabnya Ibu Dewi. Beliau beberapa kali tampil di media cetak maupun elektronik sebagai icon pendidikan di Baduy, ia beserta suaminya mewakafkan diri untuk keberlangsungan pendidikan di Baduy. Beberapa foto di bawah ini adalah foto ibu Dewi yang diambil oleh beberapa media di Indonesia.

Ibu Dewi bersama beberapa muridnya
Kalo yang di bawah ini kayaknya saat beliau dapat penghargaan dari Tupperware she can deh...


Liputan MNC TV mengenai bu dewi...


foto kami bersama ibu Dewi
foto teman-teman saat mengunjungi bu Dewi di lain waktu

Walaupun saat ini,  raga kami tak dapat berjumpa, namun doa-doa InsyaAllah selalu terlantunkan, semoga beliau dapat dikuatkan dalam menapaki jalan dakwah di sana, dan semoga kami juga diberikan kesempatan untuk dapat berkunjung kambali ke sana serta memperkenalkan kepada anak-anak kami salah seorang tokoh yang menginspirasi di negeri ini.

Kesan pertama waktu bermukim di Baduy itu rasanya pengen segera cepat-cepat pulang, bayangkan kita yang terbiasa dengan segala kemudahan tiba-tiba harus berhadapan dengan ketiadaan teknologi bahkan alat penerang sekalipun untuk jangka waktu yang menurutku lumayan lama.

Namun pada akhirnya Baduy buatku menjadi sebuah tempat yang mengesankan dimulai dari romantika perjalanannya, jalanan penuh batu cadas yang membuat kita kadang-kadang tertawa sambil membandingkan dengan roller coaster di Ibukota sana. Kadang juga terkenang dengan pohon-pohon tinggi besar yang menjulang yang berusia puluhan tahun, juga dengan sungai-sungai elok serta lembah-lembahnya yang terbentang, bagi saya Baduy adalah tempat yang tenang yang menjauhkan kita dari hiruk pikuk dunia.











| Tidak ada komentar

Of thee I Sing


Buku ini adalah surat cinta Obama, sang presiden Amerika kepada putri-putrinya, tentu saja surat cinta yang memiliki bahasa yang indah.

A Letter to My Daughter
tentang dirimu aku bernyanyi; surat untuk putri-putriku


Selain memiliki bahasa yang indah, buku ini juga memiliki gambar-gambar indah dan memperkenalkan tokoh-tokoh  yang bagi Obama, ini loh orang-orang Amerika yang membuat Amerika menjadi berwarna.




Buku ini cocok untuk memperkenalkan tokoh-tokoh Amerika kepada putri kita dengan gaya bahasa indah, bermakna dan sederhana.
| Tidak ada komentar

Eksperimen brownis

Aih asyiknya masak-masak...
anak-anak di keluarga kami paling suka aktivitas dapur
kalo udah melakukan eksperimen berasa jadi koki terkenal


Kali ini eksperimennya adalah brownies millo. Next time kita share ya... resepnya, sederhana dan ngga pake ribet.
| Tidak ada komentar

Review : Aisyah Ibunda Kaum Mukmin by Kamran Pasha


Saya dilanda perasaan yang berkecamuk setelah menuntaskan bacaan ini, Aisyah adalah sosok wanita yang saya kagumi dan saya idamkan sebagai idola saya, salah satu alasannya mungkin karena beliau digambarkan sebagai seorang wanita yang mempunyai rasa cemburu yang besar, sama halnya seperti saya dan mungkin dengan milyaran wanita yang pernah hidup di dunia. Di antara para istri nabi yang lainnya beliaulah yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai sosok yang cerdas dan tajam ingatannya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya hadits-hadits yang ia sampaikan yang berasal dari keseharian Rasulullah SAW.

Imajinasi saya dipenuhi dengan episode-episode kehidupan  pada zaman ketika Islam muncul dan kemudian berkembang dengan pesat dari sebuah komunitas yang tersingkir dari kota Makkah sampai akhirnya komunitas kecil itu berkembang menjadi sebuah bangsa yang meyatukan suku-suku yang bercerai berai dan berhasil membangun sebuah imperium.

Entah kenapa bayangan-bayangan tentang episode itu terus memenuhi benak saya, dan membuat saya merindukan tanah nabi nun jauh di sana. Namun, dalam salah satu ruang dalam batin saya pun berkecamuk akan kesahihan apa yang diutarakan Kamran Pasha dalam buku ini karena walau bagaimanapun buku ini hanyalah sebuah novel, dan segi positifnya novel membuat kita dapat dengan mudah memahami alur cerita dalam sejarah yang terpapar begitu rumit dalam buku-buku sejarah. Akan tetapi novel menjadikan orang-orang suci dan mulia dalam buku ini dapat terlihat sangat biasa, lemah dan acapkali berbuat salah, dan itu menjadi sisi negatif sebuah novel yang mengupas kehidupan seorang yang dimuliakan. Kamran Pasha mengajak kita untuk mencoba merasakan apa yang yang beliau rasakan, dan melihat dunia pada masa itu dari sudut pandang Ibunda Kaum Mukmin ini.
| Tidak ada komentar

Kisah Pemboikotan di Rumah Kami

Inilah kisah pemboikotan di rumah kami...

Setiap ada postingan yang saya pikir penting untuk kehidupan kami ataupun penting untuk keberlangsungan kehidupan orang lain, saya selalu mensosialisasikannya kepada anak-anak sebagai tambahan cerita sebelum tidur, dan mereka selalu antusias dalam menyimak apa yang saya sampaikan. Efek baiknya itu menjadi motivasi buat mereka untuk selalu melakukan kebaikan berdasarkan informasi tersebut dan lebih jauh dari itu mereka menjadi reminder saya, jika saya melakukan kekhilafan, dan saya seringkali teramat malu untuk hal itu.

Pada kasus tentang postingan "Jangan berlama-lama di kamar mandi" yang selama ini tersebar lewat WA atau BBM misalnya, saya langsung menceritakan ini kepada anak-anak karena saya tahu kebiasaan anak pertama saya suka berlama-lama berada di kamar mandi, dan keesokkan harinya dia langsung laporan kalau mandinya sudah jauh lebih cepat dari biasanya, sedangkan anak saya yang kedua  langsung punya ide untuk menulis doa keluar kamar mandi di tembok masuk kamar mandi biar dia selalu ingat katanya, terutama jika di malam hari.

Lalu postingan tentang ajakan memboikot  produk Israel dan Amerika misalnya, saya juga mensosialisasikan kepada anak-anak dan memperlihatkan kepada mereka logo-logo dari merk tersebut. Dalam praktek sehari-hari pun mereka berusaha menghindari produk-produk tersebut sebisa mungkin, walaupun itu adalah makanan atau snack kesukaan mereka dan malah jika masih ada satu diantara produk tersebut masih bertengger di rumah, mereka akan langsung bertanya, "kok Bunda pake ini sih, ini kan punya Amerika!"

Upsi... "iya kak... ini belum habis, sudah lama belinya, sebelum ada pemboikotan, nanti kalau sudah habis, Bunda ngga beli lagi".

Atau tentang "Isu Penyambutan Dajjal" saya menceritakan kepada mereka tentang Dajjal, dan  memperlihatkan kepada mereka video pendek tentang penyambutan dunia dengan membuat symbol-symbol Dajjal di berbagai macam tempat, bangunan, tata letak kota, patung, lukisan, logo stasiun tv, logo acara tv, kartun, dan bahkan sajadah. Walhasil mereka menjadi familliar dengan istilah-istilah seperti freemasonry dan piramida bermata satu, dan lebih dari itu mereka pun awas/pandai/cermat jika melihat segala sesuatu yang disisipkan symbol Dajjal. Jika mereka melihat symbol tersebut dalam motif batik, sajadah atau tayangan tv, maka mereka pun langsung melaporkannya kepada saya.

Ini sebetulnya bukan hanya kisah pemboikotan produk-produk Amerika dan Israel, tapi bagaimana saya ingin menjaga ikatan kedekatan dengan anak-anak sampai waktu yang tak terhingga dan membentengi mereka dengan nilai-nilai keimanan yang mereka fahami dengan memanfaatkan quality time. Sekali mendayung dua pulau terlampaui, begitu kata peribahasa kita, dengan pemanfaatan quality time bersama anak, kita dapat memupuk ikatan batin dengan anak sekaligus menyampaikan informasi penting untuk mereka.


Dalam buku Propetic Parenthing atau Bagaimana Cara Nabi Mendidik anak disampaikan bahwa Rasulullah SAW memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, dan menumbuhkan akhlak yang baik pada diri anak.

Ada tiga waktu mendasar yang bisa digunakan dalam memberi pengarahan kepada anak.


1. Dalam perjalanan
Riwayat al-Hakim dalam kitab Mustadraknya, menegaskan bahwa perjalanan itu dilakukan di atas kendaraan. Dia meriwayatkan  dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma:

Nabi Shallallahu alayhi wasaalam diberi hadiah seekor bighal oleh Kisra. Beliau menungganginya dengan tali kekang dari serabut. Beliau memboncengkanku dibelakangnya. Kemudian beliau berjalan. Tidak berapa lama, beliau menoleh dan memanggil, "Hai anak kecil."
2. Sedang sakit
3. Saat makan

Itulah waktu-waktu yang dipergunakan RAsulullah dalam memberikan pengaruh terhadap pikiran anak, namun kita juga boleh memanfaatkan jika ada saat-saat lain yang terbilang kondusif.

Maka mulailah dari saat ini, jangan tunggu figur-figur lain lebih berpengaruh terhadap anak-anak kita dibandingkan kita sendiri sebagai orang-tuanya.




| Tidak ada komentar

Memancing Ikan


Pancar pulang dari kolam ikan
Dia membawa ikan dan lap sambil tersenyum senang
Lapnya untuk mengelap ikan
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Diceritakan oleh Kaori kepada gurunya di PAUD MAHESA saat berumur 5 menjelang 6 tahun, sepertinya menjadi "gambar terbaik yang bercerita" saat itu sehingga bu guru sempat bilang mau memfiguranya agar menjadi contoh bagi para orang tua lainnya.

Apa yang digambar dan diceritakan Kaori mungkin terilhami dari hobby buyanya memancing, beberapa kali Kaori pernah ikut memancing, serta melepaskan ikan dengan menggunakan lap. Fungsi lap adalah agar tidak licin saat memegang ikan. 

Kalo yang ini digambar di rumah, naik perahunya sepertinya terinspirasi saat pulang kampung ke Palembang, dan saat itu Buya memang bawa pancing, walaupun akhirnya mengurungkan niatnya untuk memancing karena tidak diperbolehkan petugas.


| Tidak ada komentar